“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
—Bob Talbert
Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?
Kaitan kutipan di atas dari apa yang telah dipelajari adalah bahwa pada hakikatnya Pendidikan itu tidak hanya sekedar mengajar, tetapi bagaimana menuntun anak untuk memperoleh keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Dalam proses pendidikan, mengajar dengan penyampaian materi tentu penting, tetapi lebih penting untuk mendidik anak berkaitan dengan karakter sehingga mereka dapat hidup di masyarakat dengan damai, bermanfaat bagi sekitar, dan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh. Jika hanya sekedar mengajar materi, saat ini sudah banyak sumber-sumber belajar seperti buku, ebook, internet dan lain sebagainya untuk bisa belajar secara mandiri, tetapi tentang penguatan karakter untuk menyiapkan anak-anak siap menghadapi kehidupan dengan baik, perlu bimbingan dan teladan dari guru yang tentu tidak bisa digantikan oleh buku atau mesin. Oleh karena itu guru harus selalu berperan sesuai dengan patrap triloka KHD yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.
Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?
Dalam pengambilan keputusan kita harus menerapkan dasarnya yaitu berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dapat dipertanggungjawabkan, dan berpihak pada murid. Jadi seorang guru hendaknya berupaya menanamkan karakter dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kebajikan universal dan memperhatikan kebutuhan setiap peserta didik, saya percaya dan yakin bahwa lingkungan pendidikan kita akan baik.
Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?
Dalam pengambilan keputusan, saya akan memperhatikan 3 dasar, 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Saya juga akan melakukan coaching sehingga coachee dapat menemukan solusi atas masalahnya sendiri dan mengembangkan potensinya.
Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~
Dari kutipan di atas, menurut saya pendidikan itu bukan sekedar mengantarkan materi tetapi lebih pada penguatan karakter anak, untuk mempersiapkan kehidupannya kelak yang selamat dan sejahtera baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Jika hanya sekedar menyampaikan materi belajar, saat ini sudah banyak sumber-sumber belajar seperti buku, eebook, internet dan lain sebagaimnya. Tetapi untuk penguatan karakter perlu bimbingan dan teladarn dari guru maupun orang tua. Maka pendidikan penting untuk menuntun anak mengembangkan potensi dirinya, agar menjadi manusia yang beradab sehingga kehidupannya akan damai dan sejahtera.
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Seorang pemimpin pembelajaran perlu memperhatikan filosofi Ki Hajar Dewantara yakni Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Artinya bahwa seorang pemimpin harus bisa menempatkan diri sebaik dan sebijak mungkin. Pemimpin harus bisa menjadi teladan atau contoh bagi siapa saja khususnya murid dan lingkungan. Selanjutnya, pemimpin sebagai bagian dari organisasi atau komunitas perlu turut menggerakkan untuk melaksanakan keputusan yang telah dibuat. Pada kesempatan lain, pemimpin juga perlu menjadi motivator dan pendorong bagi murid maupun rekan-rekan dan lingkungan untuk melaksanakan berbagai Keputusan yang telah dibuat. Dengan patrap triloka ini diharapkan pengambilan Keputusan selalu berpihak pada murid.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita akan menentukan cara pandang terhadap situasi yang dihadapi hingga keputusan yang diambil. Dalam pengambilan keputusan, kita harus berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal, dan tentu berpengaruh pada 3 prinsip yang dapat diambil yakni Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Misalnya, guru yang memiliki empati yang tinggi, rasa kasih sayang dan kepedulian cenderung akan memilih prinsip Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Sedangkan guru yang memiliki sikap jujur dan komitmen yang kuat untuk tunduk pada peraturan cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking). Dan guru yang reflektif dan memiliki jiwa sosial yang tinggi cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking).
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Dalam materi pengambilan keputusan yang dipelajari ada kaitan dengan kegiatan coaching yang pernah dilakukan pada modul sebelumnya. Jika pada proses coaching kita membantu agar coachee dapat membuat keputusannya secara mandiri, maka dalam modul 3.1 ini kita merefleksi apakah keputusan yang dibuat sudah berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dapat dipertanggungjawabkan, dan berpihak pada murid. Dalam pembelajaran pengambilan keputusan ini, kita perlu memperhatikan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan yang tentu akan membuat suatu keputusan terbaik.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Dalam pengambilan keputusan, seorang guru harus memiliki kestabilan sosial dan emosional karena tentu akan berpengaruh saat mengambil keputusan khususnya masalah dilema etika. Guru perlu mindfullness sebelum mengambil keputusan agar tidak gegabah. Guru juga perlu berempati terhadap orang lain dan berkolaborasi agar dapat memperoleh data dan fakta yang diperlukan relevan dengan kasus yang berhubungan dengan dilema etika. Dan pada akhirnya, guru yang memiliki kompetensi sosial emosional akan mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab bagi dirinya maupun lingkungannya.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Nilai-nilai yang dianut seorang guru akan menuntunya dalam membuat keputusan yang baik. Jika seorang guru meyakini berbagai nilai-nilai kebajikan merupakan bagian dalam dirinya maka dipastikan itu akan menjadikan dirinya sebagai sosok yang memiliki integritas dan bertanggung jawab. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung bermuara pada kebenaran menurut versi pribadi. Selain itu pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika juga dapat melatih ketajaman dan ketepatan dalam pengambilan keputusan, sehingga dapat dengan jelas membedakan antara dilema etika ataukah bujukan moral. Keputusan yang diambil akan semakin akurat dan menjadi keputusan yang dapat mengakomodir kebutuhan murid dan menciptakan keselamatan dan kebahagian semua pihak berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat akan berdampak terhadap sekolah menuju arah yang lebih baik. Keputusan harus memaksimalkan dampak positif dan meminimalkan dampak negative, jika mungkin tidak ada dampak negatif. Suatu Keputusan harus berlandaskan nilai-nilai Kebajikan, dapat dipertanggungjawabkan, dan berpihak pada murid, dengan landasan tersebut, kita akan menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman bagi seluruh warga sekolah.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan di lingkungan saya untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika antara lain menyamakan frekuensi berbagai pandangan bahwa kasus dilema etika perlu disikapi dengan bijak dan cepat agar tidak merembet kemana-mana. Selain itu, perasaan tidak enak yang timbul karena tidak dapat memuaskan semua pihak. Namung dengan mengikuti 9 langkah pengambilan Keputusan dapat meminimalkan rasa tidak nyaman dan Keputusan yang diambil dapat diterima oleh semua pihak.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengambilan Keputusan yang kita ambil berpengaruh terhadap pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita. Dengan kita memetakan kebutuhan murid, kemudian kita memenuhi kebutuhan tersebut dengan pembelajaran berdiferensiasi untuk mengoptimalkan potensi maka itu adalah Keputusan yang tepat. Artinya bahwa pengambilan Keputusan yang kita ambil mendukung Merdeka belajar pada murid agar dapat belajar tanpa paksaan, Bahagia, dan sesuai minat tanpa ada paksaan dan tekanan. Ini tentu menjadi harapan kita bahwa murid-murid akan sukses dan Bahagia dengan bidangnya masing-masing. Disinilah dasar pijakan kita bahwa semua pengambilan keputusan harus berpihak pada murid, dan guru berfungsi untuk memfasilitasi, membantu mengembangkan bakat dan minat yang sudah ada.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Keputusan yang diambil seorang pemimpin pembelajaran akan berdampak, baik jangka pendek maupun jangka panjang bagi murid. Maka keputusan yang diambil harus benar, bijak, dan tepat melalui analisis dan pengujian. Misalnya saja dalam pembelajaran seperti apa yang kita laksanakan, jika berhasil tentu murid akan aman nyaman dan bahagia saat belajar dan setelah belajar. Dengan begitu, ilmu yang didapatkan akan bermanfaat hingga kelak kemudian hari. Begitu juga dengan penguatan karakter yang kita laksanakan, itu adalah suatu keputusan dari guru sebagai pemimpin pembelajaran tentu akan berdampak baik bagi murid baik kini maupun di masa mendatang.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan akhir yang dapat saya tarik dari pembelajaran modul materi ini adalah pentingnya pemimpin mempertimbangkan berbagai hal khususnya 4 paradigma, 4 prinsip, dan melaksanakan 9 pengambilan dan pengujian keputusan sehingga keputusan yang diambil adalah keputusan yang terbaik. Tentu dalam pengambilan keputusan berlandaskan 3 hal yakni berdasarkan nilai-nilai kebajikan, dapat dipertanggungjawabkan, dan berpihak pada murid.
Adapun keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya antara lain bahwa sebagai pemimpin pembelajaran kita harus menjadi pamong yang menuntun murid untuk mengembangkan potensinya untuk mencapai kebahagiaan (modul 1.1).
Sebagai pamong, guru penggerak harus memiliki peran berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, dan invatif (modul 1.2). Dalam pengambilam keputusan, guru akan berpihak pada murid dan harus mandiri serta reflektif. Setiap keputusan yang diambil direfleksikan secara mandiri untuk memastikan dampak positif dari keputusan yang telah diambil.
Dalam perannya sebagai pemrakarsa perubahan, guru perlu menyusun visi yang berorientasi ke depan dengan langkah BAGJA (Buat Pertanyaan – Ambil Pelajaran – Gali Mimpi – Atur Eksekusi – Jabarkan Rencana) (modul 1.3).
Visi tersebut akan terwujud tentu dengan budaya positif di sekolah. Adanya keyakinan kelas, penerapan segitiga restitusi akan mewujudkan budaya positif (modul 1.4). Selanjutnya, dalam pengambilan Keputusan untuk melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada murid diantaranya adalah memenuhi kebutuhan murid yakni dengan pembelajaran berdiferensiasi (modul 2.1). Perlu dilaksanakan tes awal untuk memetakan dan menyiapkan rencana pembelajaran yang sesuai kebutuhan belajar murid.
Sebagai pemimpin pembelajaran juga perlu kompetensi sosial emosional (KSE) (modul 2.2). KSE ini meliputi Kesadaran diri, Manajemen diri, Kesadaran Sosial, Keterampilan Berelasi, dan Pengambilan Keputusan yang Bertanggungjawab. Dalam penyelesaian masalah seseorang harus hadir sepenuhnya (mindfullness) sehingga fokus menjadi baik dan keputusan yang diambil berdampak positif.
Dampak positif dapat diperoleh dari proses coaching yang baik, Di mana coach sebagai mitra yang membantu coachee untuk meningkatkan performa kerja, menemukan solusi atas permasalahannya, dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dalam pembelajaran utamanya, peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan melalui supervisi akademik (modul 2.3).
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Menurut saya, dalam membuat keputusan sebagai pemimpin pembelajaran harus berlandaskan 3 hal yaitu nilai-nilai kebajikan, bisa dipertanggungjawabkan, dan berpihak pada murid. Nilai-nilai kebajikan ini digunakan untuk mengenali dua kasus yang bernilai benar lawan benar. Prinsip yang digunakan diantaranya end-based thinking, rule-based thinking, dan care-based thinking. Dengan berbagai macam pertimbangan dan langkah – langkah diharapkan hasil yang diperoleh merupakan keputusan terbaik dengan memaksimalkan dampak positif. Hal yang tidak terduga diluar dugaan adalah melalui komunikasi dan kolaborasi maka pengambilan Keputusan dapat lebih maksimal sehingga komunikasi dan kolaborasi sangatlah penting.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Saya pernah mengambil Keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilemma. Perbedaannya dulu saya mengambil Keputusan tanpa melakukan Langkah-langkah pengujian. Kalau saya ini saya lebih percaya diri dalam pengambilan Keputusan karena sudah melalui Langkah-langkah pengujian hingga mempertimbangkan dampaknya.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Setelah mempelajari kosep ini, perubahan cara pandang saya adalah bahwa sebelum mengambil keputusan perlu adanya pengujian agar keputusan yang dihasilkan adalah yang terbaik. Perubahan yang berjadi tentunya dengan mengikuti 9 langkah, 4 paradigma, dan 3 prinsip saya menjadi lebih detail dan berhati – hati saat mengambil keputusan.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Menurut saya penting dalam mempelajari topik modul ini karena memberikan pemahaman yang komprehensif untuk dapat mengambil keputusan baik secara individu maupun sebagai pemimpin pembelajaran. Melalui modul ini saya memahami cara membuat keputusan yang baik dengan menerapkan 9 langkah dalam menguji dan mengambil sebuah keputusan. Dengan menggunakan langkah-langkah ini maka keputusan yang saya ambil akan jauh lebih baik dari kondisi saya sebelum mempelajari modul ini.